Doomscrolling media sosial adalah membuang waktu, saya yakin kalian semua pernah mengalaminya dan mungkin kita harus menghabiskan lebih banyak waktu di luar. Di alam terbuka bermain-main dengan bunga dan merasakan sinar matahari di kulit.
Walaupun tidak harus seperti itu tetapi sebenarnya ada alasan medis dampak negatif media sosial, jadi harus menghindari menelusuri media sosial terlalu sering yang tak ada habisnya.
Mungkin kalian pernah mendengar tentang dampak media sosial bagi kesehatan mental, terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan melakukan segala daya untuk meningkatkan pengikut. Ternyata kecanduan media sebenarnya juga buruk atau lebih khusus lagi untuk mata.
Dampak negatif doomscrolling media sosial untuk mata
Sungguh kata yang tepat untuk menggambarkan kebutuhan untuk terus menjelajah media sosial sampai kita mencapai akhir, tapi itu tidak pernah berakhir.
Secara historis istilah “doomscrolling” telah digunakan untuk menggambarkan tindakan terus-menerus di media sosial, meskipun kita tahu itu memiliki efek negatif. Kalian ingin terus membaca, lagi dan lagi. Ini siklus yang buruk.
Karena banyak dari kita yang telah menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dengan tidak banyak yang bisa dilakukan selain duduk di depan layar kita Dengan peningkatan doomscrolling itu, banyak orang mungkin mengalami ketegangan mata atau mabuk dunia maya, yang akan saya bahas lebih mendalam nanti di artikel ini.
Tindakan terus-menerus menggulir sama sekali tidak alami bagi mata kita. Gerakan pelacakan tertentu muncul secara alami di mata kita, seperti mengamati suatu area atau bahkan mengikuti target tertentu.
Visual tidak wajar lainnya yang dilakukan manusia, seperti mengemudi dengan kecepatan 70 mil per jam untuk waktu yang lama dengan kecepatan tinggi.
Inilah perbedaannya. Saat melakukan perjalanan darat dan berkendara dengan kecepatan tinggi selama berjam-jam, kita beristirahat. kita harus mengisi bahan bakar, kita harus pergi ke kamar mandi, dan kita harus makan. Saat melakukan sesuatu yang monoton seperti mengemudi, akan lebih mudah untuk mengingatkan diri sendiri untuk beristirahat.
Tetapi doomscrolling media sosial selalu menghibur dan menarik, jadi sulit untuk mengingat untuk beristirahat. Bahkan jika kontennya menarik, sangat mudah untuk tersedot ke dalam utas yang tak ada habisnya.
Doomscrolling membebani mata secara terus-menerus
Saat berada di trotoar dan melihat mobil, pernahkah kalian mencoba untuk fokus pada mobil tertentu dan mengikutinya dengan mata? Konsep yang sama dapat diterapkan untuk doomscrolling media sosial.
Semakin banyak mata kita fokus dan memfokuskan kembali, semakin besar ketegangan mata dan potensi sakit kepala. Coba melenturkan bisep selama 10 detik, melepaskannya, dan melakukan ini berulang-ulang selama menelusuri platform media sosial favorit. Lengan akan menjadi sangat lelah bukan?
VR menyebabkan mabuk perjalanan
Mabuk perjalanan adalah sesuatu yang mungkin kita kenal jika pernah bermain game menggunakan headset virtual reality (VR) atau mencoba membaca buku di dalam mobil yang bergerak. Ketika mengalami mabuk perjalanan, itu karena ada pemutusan antara tiga sistem sensorik yaitu visual, proprioception, dan vestibular.
Dalam istilah yang lebih sederhana, mata dan telinga bagian dalam tampaknya tidak dapat menyetujui apakah kita benar-benar bergerak atau tidak. Ketika orang mengalami perasaan mabuk perjalanan saat mencoba memainkan game VR, itu karena tubuh secara fisik tidak bergerak di dunia nyata tetapi otak terasa seperti bergerak.
Itu seperti ketika mencoba membaca buku di dalam mobil yang bergerak, mata terfokus pada buku yang tidak bergerak, sementara telinga bagian dalam merasakan gerakan. Ini adalah ketidakcocokan sensorik.
Kita dapat mengalami ketidakseimbangan yang sama antara ketiga sistem ini dengan menggulir di ponsel untuk waktu yang lama. Situasi di sini paling sesuai dengan contoh VR di atas; telinga bagian dalam merasakan tidak bergerak tetapi mata melihat gerakan bergulir yang konstan pada ponsel cerdas. Konsep yang sama berlaku jika sedang duduk di meja tapi terus-menerus menggulir artikel di monitor desktop atau laptop.
Cybersickness media sosial
Cybersickness hanyalah kata modern untuk mabuk perjalanan. Baik dunia maya dan mabuk perjalanan terjadi melalui cara yang sama secara neurologis. Ketika melihat istilah “mabuk dunia maya”, itu adalah indikator yang jelas bahwa seseorang berbicara tentang penyakit dari layar, tetapi pada dasarnya itu adalah mabuk perjalanan.
Tidak semua orang mengalami mabuk perjalanan karena pasti mengenal satu atau dua teman yang memainkan game VR tanpa masalah. Jadi mengapa beberapa dari kita memiliki masalah ketika yang lain tidak?
Sederhananya ini seperti naik mobil, ada yang mabuk ada yang tidak.
Cara berhenti bermain media sosial
Tip bermanfaat pertama dan mungkin yang paling jelas untuk berhenti dari sosial media adalah membatasi jumlah waktu yang kita habiskan di layar. Sebagian besar dari kita menggunakan ponsel atau komputer lebih dari yang seharusnya.
Namun kita yang harus menggunakan komputer untuk bekerja tidak serta merta mengurangi penggunaannya. Jadi gunakan aturan 20/20/20. Setiap 20 menit lihatlah sesuatu yang berjarak sekitar 20 kaki selama sekitar 20 detik.
Memiliki ponsel cerdas atau komputer yang mendukung kecepatan penyegaran yang lebih tinggi dan pengguliran yang mulus dapat membantu. Saat ini banyak ponsel memiliki kecepatan refresh 120Hz yang halus sehingga pengguliran terasa tidak terlalu keras.