Terlepas dari potensinya, AI juga menimbulkan ketakutan dan khawatir terhadap resiko orang karena alasan-alasan ini. Ditambah banyak lagi berita baru bahwa Kecerdasan Buatan (AI) telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir.
Teknologi ini hadir dengan janji untuk merevolusi industri dan meningkatkan kehidupan sehari-hari. Namun terlepas dari potensinya, AI juga menimbulkan ketakutan dan khawatir pada banyak orang.
7 Alasan mengapa orang ketakutan dan khawatir dengan AI
Berikut tujuh alasan mengapa banyak orang ketakutan dan khawatir dengan teknologi AI:
1. AI mungkin mencuri pekerjaan mereka
Salah satu ketakutan paling menonjol yang terkait dengan AI adalah potensi meluasnya perpindahan pekerjaan. AI baru ada selama beberapa dekade, namun AI sudah mulai menggantikan jenis pekerjaan tertentu terutama pekerjaan yang melibatkan tugas berulang.
Misalnya bidang manufaktur, layanan pelanggan, dan entri data adalah bidang-bidang dimana AI telah membuat terobosan signifikan. Masyarakat khawatir bahwa seiring dengan berkembangnya AI, hal ini akan menyebabkan pengangguran besar-besaran dan ketidakstabilan ekonomi.
2. Masalah privasi
Teknologi AI sering kali mengandalkan data dalam jumlah besar agar dapat berfungsi secara efektif. Ketergantungan pada data ini menimbulkan masalah privasi yang signifikan. Orang-orang khawatir tentang cara sistem AI mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan informasi pribadi mereka.
Pelanggaran data tingkat tinggi dan penyalahgunaan data oleh perusahaan teknologi telah memperburuk ketakutan ini yang menyebabkan semakin besarnya ketidakpercayaan terhadap AI dan entitas yang mengembangkan dan menerapkannya.
3. Kurangnya pemahaman
AI adalah teknologi yang kompleks dan sering disalahpahami. Banyak orang kurang memahami cara kerja AI, sehingga menimbulkan ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui. Istilah-istilah seperti pembelajaran mesin dan jaringan saraf mungkin tampak menakutkan dan tidak jelas, sehingga menyulitkan masyarakat umum untuk memahami potensi manfaat dan resiko penggunaan AI.
Kurangnya pemahaman ini dapat menimbulkan kecurigaan dan ketakutan karena orang cenderung waspada terhadap hal-hal yang tidak mereka pahami sepenuhnya.
4. Implikasi etis dan moral
AI memperkenalkan pertanyaan etika dan moral yang kompleks. Misalnya penggunaan AI dalam pengawasan dan penegakan hukum menimbulkan kekhawatiran mengenai kebebasan sipil dan potensi penyalahgunaan kekuasaan.
Senjata otonom dan aplikasi militer berbasis AI menimbulkan dilema moral mengenai peran mesin dalam mengambil keputusan hidup dan mati. Perkembangan AI juga menimbulkan pertanyaan tentang perlakuan dan hak mesin cerdas, apakah mesin tersebut dapat mencapai tingkat kesadaran atau otonomi tertentu.
5. Takut kehilangan kendali
Ada ketakutan yang meluas bahwa seiring dengan kemajuan AI, manusia mungkin kehilangan kendali atas sistem canggih ini. Budaya populer sering kali menggambarkan AI sebagai sesuatu yang berpotensi jahat dengan kisah-kisah tentang sistem AI jahat yang menyebabkan kerugian.
Film seperti The Terminator, Atlas, dan Ex Machina telah memperkuat gagasan bahwa AI dapat berbalik melawan penciptanya. Ketakutan ini diperparah oleh diskusi nyata di antara para ahli AI mengenai perlunya langkah-langkah dan peraturan keselamatan yang kuat untuk mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan.
6. Dampak terhadap jati diri manusia
Alasan lain mengapa AI tampak cukup menakutkan adalah integrasi AI ke dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan pertanyaan eksistensial tentang apa artinya menjadi manusia. Ketika sistem AI mampu melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dianggap sebagai tugas unik manusia seperti menciptakan karya seni, menggubah musik, dan mengambil keputusan, orang mungkin merasa bahwa identitas dan tujuan mereka ditantang.
Prospek AI yang melampaui kecerdasan manusia yang sering disebut sebagai superintelligence memperburuk ketakutan ini dan memaksa masyarakat untuk bergulat dengan pertanyaan filosofis yang mendalam.
7. Misinformasi dan hype media
Liputan media tentang AI dapat menimbulkan ketakutan dan kesalahpahaman. Berita utama yang sensasional dan narasi distopia sering kali menutupi diskusi yang seimbang tentang manfaat dan risiko AI.
Informasi yang salah dan klaim yang berlebihan tentang kemampuan AI memicu kecemasan masyarakat. Misalnya penggambaran AI sebagai entitas yang maha tahu dan berkuasa di beberapa media dapat menimbulkan ketakutan yang tidak realistis mengenai potensi dampaknya.
Dengan alasan di atas, tidak mengherankan jika masyarakat mempunyai cukup alasan untuk takut terhadap resiko penggunaan AI. Namun kita juga bisa memanfaatkan manfaat AI sekaligus memitigasi risikonya sehingga membuka jalan bagi masa depan di mana manusia dan mesin dapat hidup berdampingan secara harmonis.